1O Kesalahan Mendidik Anak
Ilustrasi |
PCNU Kota Pasuruan JATIM - Meskipun banyak orang tua yang mengetahui,
bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak
orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan
masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap
perkembangan anak-anaknya.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa
kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun
kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam
mendidik anak-anaknya.
[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti
menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan
lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada
bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti.
Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya
mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada
dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah
di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan
menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru
menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan
masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa
menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain.
Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap
tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus
dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani
yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus
ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada
anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang
membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam
mengamalkan kebenaran.
[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan,
suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli
terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah,
membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah
(harga diri) dan kebenaran.
[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya,
tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang
diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang
lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan
uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan
tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari
nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya
dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih
Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya
karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu
menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan
atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak
menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.
[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan
cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang
anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.
[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya
merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu
untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri,
meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi,
ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi
beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak
mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik
[8]. Tidak
Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang
Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke
dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena
tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki
di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari
laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela
menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik,
makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang
berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar
beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak
cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih
sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya
dari orang lain.
[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya.
Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang
dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman
dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya.
Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang,
misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha
menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan
penyesalan tak berguna.
Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin
kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha
untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak,
agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa
menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga
anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak
mulia.
Wallahu a’lam bishshawab.
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.