Header Ads

BAIK SAJA TIDAK CUKUP

Allah ta’ala berfirman:

قل هل ننبئكم بالأخسرين أعمالا (103) الذين ضل سعيهم في الحيوة الدنيا وهم يحسبون انهم يحسنون صنعا (104) اولئك الذين كفروا بئايت ربهم و لقائه فحبطت أعمالهم فلا نقيم لهم يوم القيمة وزنا (106) 

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" (103) Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (104) Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka gugurlah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (106). (Terjemah Surat Al Kahfi: 103-106)
Kebaikan adalah segalanya? Betul. Kita harus menghormati orang yang melakukan banyak kebaikan? Betul. Tapi apakah menjadi orang baik saja sudah cukup? Ayat diatas memberikan ilustrasi yang cukup jelas bahwa hidup di dunia tidak cukup hanya dengan menjadi orang baik saja. Hidup harus dilengkapi dengan keimanan, suatu keyakinan bathin akan adanya Allah dengan segala nikmat dan adzab-Nya. Hidup dengan mengikuti gaya orang yang tidak beriman, sekalipun dia begitu baik, hanya akan menjerumuskan diri sendiri ke dalam jurang kekufuran.


Banyak manusia lupa akan siapa Tuhannya, banyak manusia lupa bahwa hidup ini ada pemiliknya. Banyak manusia mengorbankan tenaga, akal, waktu, bahkan mengabaikan anak, istri dan keluarganya untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang berupa harta, tahta, wanita dan segala bentuk kegemerlapannya, tapi dia sama sekali lupa untuk mendekat kepada pemiliknya. Mari kita ingat air yang setiap hari kita minum:


أفرأيتم الماء الذي تشربون (68) ءأنتم أنزلتموه من المزن أم نحن المنزلون (69) لو نشاء جعلناه أجاجا فلولا تشكرون (

70)


:Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.(68) Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?(69) Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?(70)." (Terjemah Surat Al Waqi’ah: 68 – 70)

Orang yang menyadari akan adanya pemilik dari kehidupan, dia akan bersikap cerdas. Dia akan berusaha mendekat dan mencari cinta pemilik dari semuanya itu. Karena ketika sang Pemilik telah cinta, dia akan memberikan apapun untuk orang yang telah menjadi kekasihnya tersebut.


Sebaliknya, orang yang tertipu dan lalai, dia akan terus tenggelam dan terbuai dalam kesibukan untuk mendekati dunia, dia rela melakukan apapun, menghalalkan segala cara, padahal belum tentu dunia mau mendekat kepadanya. Orang yang mudah tertipu dan lalai biasanya didasari oleh tipisnya keyakinan akan adanya Allah ta’ala dan adanya hari akhir sebagai hari pembalasan bagi seluruh manusia. Orang yang tidak mau beriman kepada Allah berkeyakinan bahwa dirinya akan berakhir di tanah dan tidak akan bangkit kembali. Dia meyakini hidupnya berakhir ketika kematian datang dan tubuhnya akan menjadi tulang belulang dan setelah itu tidak ada lagi kehidupan.

وكانوا يقولون أئذا متنا و كنا ترابا و عظاما أءنا لمبعوثون (
47)

"Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?" (Terjemah Surat Al Waqi’ah: 47)


Apakah sungguh demikian? Jika seorang manusia tidak percaya dengan adanya akhirat, apakah dia rela melakukan suatu kebaikan jika dia tidak mendapat balasan dari kebaikan yang ia lakukan selama hidup di dunia? Dan apakah adil jika seseorang yang berbuat kejahatan tidak mendapat sanksi selama hidupnya di dunia? Dunia memang bukan tempat untuk menemukan keadilan yang seadil-adilnya. Maka adanya akhirat menjadi sangat penting, karena disanalah pengadilan Allah akan diberlakukan seadil-adilnya. Orang yang melakukan kebaikan tidak perlu khawatir, tidak perlu memamerkan amalannya, karena kalaupun dia tidak mendapat balasan ketika hidup di dunia, dia yakin akan ganjaran yang akan diberikan kepadanya di hari esok. Orang yang melakukan kejahatan juga tidak bisa merasa tenang, barangkali dia bisa lolos dari pengadilan dunia, tapi dia sama sekali tidak bisa sembunyi dari pengadilan Allah yang Maha Kuasa.

Muslim yang cerdas tidak akan mudah tertipu dengan kebaikan-kebaikan yang dicitrakan oleh mereka yang kafir. Muslim yang cerdas tidak akan menjadikan figur-figur kafir sebagai sosok teladan. Muslim yang cerdas meyakini bahwa kehidupan ini ada pemiliknya, dan semuanya akan kembali kepada pemiliknya. Muslim yang cerdas akan beriman kepada Allah, meyakini adanya hari pengadilan Allah. Dia akan menjadikan hari ini (dunia) sebagai persiapan untuk hari esoknya kelak (akhirat). Muslim yang cerdas yakin bahwa Allah telah menyiapkan sesuatu yang sangat indah bagi mereka-mereka yang patuh kepada-Nya.


ان الذين يخشون ربهم بالغيب لهم مغفرة و أجر كبير (12)


Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (Terjemah Surat Al Mulk: 12)

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.