Header Ads

Inilah Tokoh-tokoh NU Bergelar Pahlawan Nasional

PCNU Kota Pasuruan JATIM - 



Hadratussyekh KH Hasyim Asyari

Hadratussyekh KH Hasyim As’yari adalah tokoh utama dan pendiri dari Nahdatul Ulama. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang berperan besar melawan penjajah. Salah satu di antara jasanya untuk negara ini adalah memutuskan NU untuk mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai Hari Santri Nasional. 


KH Abdul Wahid Hasyim

KH Abdul Wahid Hasyim adalah putra Hadratussyekh KH Hasyim As’yari dan ayah dari presiden keempat RI KH Abdurrahmann Wahid. Ia merupakan salah satu anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Ppanitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Di pondok pesantren Tebuireng ia mempelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 17 November 1960.


KH Zainul Arifin

KH Zainul Arifin, merupakan tokoh NU asal Sumatera Utara. Di antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Kemudian menjadi panglimanya. Ia pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua DPR-GR. Selain itu, beliau juga berjasa dalam menjadi anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan dirinya sebagai pahlawan nasional pada 4 maret 1963.


KH Zainal Mustofa

KH Zainal Mustofa merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah. Ia salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan diganti penjajag Jepang, KH Zainal Mustafa tetap menolak kehadiran mereka. Ia dan santrinya mengadakan perang dengan Jepang. Atas jasanya ia dianugerahi sebagai pahlawan nasional pada1972.


KH Idham Chalid

Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus, ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984. Hingga saat ini ia merupakan ketum paling lama di ormas bentukan para kiai itu. Atas jasanya, ia ditetapkan sebagai pahlawan pada 8 November 2011. Kemudian pada 19 Desember 2016, Pemerintah mengabadikan beliau di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp. 5.000,- . .


KH Abdul Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan Salah seorang pendiri NU. Sebelumnya, ia pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Pedagang). Sejak 1924, mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai-kiai lain. Ia juga salah seorang penggagas MIAI, pernah menjadi Rais ‘Aam PBNU. Kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 itu mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2014.


KH As’ad Syamsul Arifin

KH As’ad Syamsul Arifin salah seorang kiai berperang melawan penjajah. Ia menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso, Jawa Timur. Di masa revolusi fisik, Kiai As'ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945. Selepas kemerdekaan Kiai As'ad adalah penggerak ekonomi-sosial masyarakat. Ia menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna mewujudkan pembangunan yang merata. Kiai As'ad juga berperan menjelaskan kedudukan Pancasila tidak akan mengganggu nilai-nilai keislaman. Atas jasa-jasanya, ia mendapat anugerah pahlawan pada 9 November 2016.


KH. Syam'un

Brigjen Syam'un merupakan cucu dari Kiai Wasid yang merupakan pemimpin perjuangan Geger Cilegon pada 1888 melawan Belanda. Ia menjadi pelopor pengajaran Islam tradisional melalui Pesantren Al-Khairiyah di Banten yang kemudian tersebar di Jawa sampai Sumatera. Menempuh pendidikan di Mekah dan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Bergabung dengan Pembela Tanah Air atau Peta pada 1943-1945 dan terlibat untuk pembentukan pemerintah daerah dan diangkat menjadi Bupati Serang. Menjadi komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan berada di garis depan pengusiran tentara Jepang pada 1945. Pada Oktober 1945 sampai Januari 1946, ia turut berupaya menumpas Gerakan Dewan Rakyat. Kemudian, diangkat menjadi panglima TKR Divisi 1000/I dan kemudian diangkat menjadi komandan Brigade I/Tirtayasa periode 1946-1947. Brigade I/Tirtayasa merupakan cikal bakal Korem Maulana Yusuf Serang, diangkat menjadi komandan batalyon (daidancho) Peta, ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk Keresidenan Banten dan Serang pada 1945, dan masih banyak lagi jabatan kemiliteran yang disandangnya. Atas jasa-jasanya, beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 8 November 2018.

@nu.or.id

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.