REVITALISASI UKHUWWAH
REVITALISASI UKHUWWAH
Oleh: H M Nailur Rochman, S.IP, M.Pd (Ketua PCNU Kota Pasuruan)
PCNU Kota Pasuruan JATIM - Dalam menjaga ukhuwwah, yang harus kita cari adalah titik temu, bukan mencari-cari perbedaan. Tanpa dicari sekalipun, setiap individu sudah pasti tercipta berbeda.
Ada banyak aspek yang bisa kita jadikan ukuran dalam menemukan titik temu untuk merevitalisasi ukhuwwah. Beberapa diantaranya adalah:
1. Komitmen dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar
2. Komitmen kebangsaan
3. Komitmen kemanusiaan
Semua organisasi Islam menyatakan dirinya memiliki semangat amar ma'ruf nahi munkar. Karena amar ma'ruf nahi munkar menjadi syarat mutlak jika kita ingin menjadi khoiro ummah (umat terbaik). Inilah tugas ormas Islam, bagaimana ikut terlibat dalam proses membangun dan membina umat menjadi khoiro ummah.
Yang terkadang menjadi berbeda adalah bagaimana cara pandang dan praktek dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar tersebut. Ini yang sering menjadi masalah.
Dalam amar ma'ruf mahi munkar, ada pembagian tugas dan wewenang sesuai posisi masing-masing. Amar ma'ruf nahi munkar yang bisa dilakukan oleh setiap orang adalah untuk hal-hal yang sudah jelas baik atau buruknya. Tapi untuk beberapa hal yang membutuhkan pertimbangan-pertimbangan matang, maka itu adalah tugas para ulama bersama umaro', tidak sembarang orang boleh melakukannya.
Umat Islam akan menjadi umat terbaik jika mampu menerapkan amar ma'ruf nahi munkar secara tepat dan cerdas.
Dalam merevitalisasi ukhuwwah, kita harus sering-sering mencari titik temu alih-alih mencari-cari perbedaan.
Seperti di Muhammadiyah misalnya, ada ajaran purifikasi dan dinamisasi. Dua hal ini menjadi dasar utama ajaran Muhammadiyah. Sebenarnya ajaran ini tidak jauh berbeda dengan NU. Jika di Muhammadiyah ada purifikasi (pemurnian ajaran) maka di NU juga sama. NU menyebut purifikasi ini dengan istilah "tanzih" dalam segi akidah, yaitu mensucikan Allah dari segala sifat yang tidak sempurna. Ibadah yang dilakukan oleh NU juga "murni" ajaran agama, semua amaliyah NU memiliki dasar dalil naqli dan aqli yang itu juga merupakan ajaran yang murni, tidak ada yang tidak murni.
Yang terkadang menjadi masalah adalah cara pandang terhadap ajaran yang murni itu sendiri. Bagaimana kita memahami makna "pemurnian ajaran agama"? Apakah murni itu hanya untuk hal-hal yang pernah terjadi di zaman Nabi sedangkan yang tidak ada di zaman Nabi disebut tidak murni? Nah, disini kita harus belajar dan diskusi. Jangan lupa, kalau sedang diskusi maka sediakan kopi agar lebih santai dan cerdas.
Begitu pula dengan dinamisasi di Muhammadiyah, NU juga memiliki prinsip yang mirip yaitu al-muhafadzotu ala al-qodim as-sholih wal akhdzu bil jadid al-aslah. KH. Ahmad Shiddiq memaknai prinsip ini dengan makna "mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil metode-metode baru yang lebih baik". NU bisa mengelola setiap perubahan dengan moderat dan proporsional. NU tidak stagnan (jumud), tapi juga tidak kebablasan. NU tidak anti perubahan, tapi tetap memiliki pendirian.
Kalau masalah perbedaan dalam hal-hal furu' itu sudah biasa. Debat masalah qunut atau tidak qunut itu sudah selesai, sudah bukan jamannya lagi, apalagi kalau sholat subuhnya sama-sama kesiangan..hehe
Sudah saatnya kita tinggalkan tradisi-tradisi jahiliyah, lebih baik fokus mencari titik temu daripada meributkan perbedaan yang tipis itu. Ayo ngopi ngopi...
Komitmen kebangsaan juga menjadi penting, karena jika sebuah ormas Islam di Indonesia tidak memiliki komitmen terhadap tanah air dan bangsanya sendiri, maka ini akan menjadi ancaman keamanan dan ketertiban yang dapat mengganggu keutuhan bangsa.
Kalau bangsa ini ribut terus, bangsa ini tidak akan maju. Maka jangan biarkan ada keributan dan keonaran di negeri ini agar kita bisa fokus mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa yang lain. Contohnya sederhana, apakah anda bisa fokus belajar disaat ada pekikan knalpot brong di samping rumah anda?! Hehe...
Komitmen kemanusiaan juga tidak kalah penting. Karena ini adalah cara paling luas dan luwes untuk mencari titik temu. Kalau anda kesulitan mencari titik temu, maka titik temu yang paling utama antara kita adalah kita ini sama-sama manusia. Hehe...
Para Ulama sering memberi contoh bagaimana kita bersikap baik kepada orang lain. Beliau-beliau bersikap baik kepada orang lain bukan karena bertemu dengan yang seiman saja, tapi karena "sama-sama manusia" sudah cukup menjadi alasan untuk menghormati orang lain.
Dengan begitu, kita akan baik kepada orang yang seiman. Kita akan baik kepada orang lain yang se-tanah air. Termasuk kepada orang lain yang tidak seiman, tidak se-tanah air, asal mereka masih manusia, kita tetap bersikap baik dan tidak boleh dzolim. Bagi NU, hal ini bukan hal baru, hal ini sudah dirumuskan dalam trilogi ukhuwwah yaitu ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah wathaniyyah dan ukhuwwah basyariyyah.
Terkadang bagi yang tidak paham, NU dianggap kurang Islami dan ridlo dengan agama lain. Waaahh.... sepertinya kopinya kurang kental. Hehe...
Selama perbedaan-perbedaan tersebut tidak mengusik 3 komitmen diatas, maka perbedaan itu biasa. Tapi kalau sudah mengusik 3 komitmen diatas, itu sudah tidak biasa. Kopi saja tidak cukup untuk mendamaikan perbedaan ini. Hehe...
Kalau komitmen amar ma'ruf nahi munkar sudah dipahami dan dipraktekkan secara salah, apalagi hanya dijadikan alat politik sesaat, maka itu tidak lagi berlawanan dengan NU, tapi itu berlawanan dengan maksud ajaran syari'at yang sesungguhnya.
Kalau perbedaan itu tidak menghormati komitmen kebangsaan, maka itu tidak lagi berlawanan dengan NU, tapi sudah berlawanan dengan konsensus bangsa Indonesia yang telah merumuskan dan menyepakati dasar-dasar negara.
Kalau perbedaan itu tidak menghargai komitmen kemanusiaan, maka itu tidak lagi berlawanan dengan NU, tapi itu telah mencederai prinsip kemanusiaan secara umum.
Tapi ngomong-ngomong, apa benar LDII itu suka ngepel bekas sholat orang yang non-LDII? Kalau itu benar, kok kuat sekali tukang pel nya. Hehe..
Inilah yang kami sampaikan pada hari Sabtu (19/12/2020) saat PCNU Kota Pasuruan menerima kunjungan silaturahmi dari PD Muhammadiyah dan DPD LDII Kota Pasuruan. (***)
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.